Laporan Pendahuluan Asma
LAPORAN
PENDAHULUAN
ASMA BRONCHIAL
A. Definisi
Istilah
asma berasal dari kata Yunani yang artinya “terengah-engah” dan berarti
serangan nafas pendek (Price, 1995 cit Purnomo 2008). Nelson
(1996) dalam Purnomo (2008) mendefinisikan asma sebagai kumpulan tanda dan
gejala wheezing (mengi) dan atau batuk dengan karakteristik
sebagai berikut; timbul secara episodik dan atau kronik, cenderung pada malam
hari/dini hari (nocturnal), musiman, adanya faktor pencetus diantaranya
aktivitas fisik dan bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan
penyumbatan, serta adanya riwayat asma atau atopi lain pada pasien/keluarga,
sedangkan sebab-sebab lain sudah disingkirkan.
Asma
merupakan gangguan radang kronik saluran napas. Saluran napas yang mengalami
radang kronik bersifat hiperresponsif sehingga apabila terangsang oleh factor
risiko tertentu, jalan napas menjadi tersumbat dan aliran udara terhambat
karena konstriksi bronkus, sumbatan mukus, dan meningkatnya proses radang
(Almazini, 2012).
Asma
adalah suatu keadaan di mana saluran nafas mengalami penyempitan karena
hiperaktivitas terhadap rangsangan tertentu, yang menyebabkan peradangan,
penyempitan ini bersifat sementara. Asma dapat terjadi pada siapa saja dan
dapat timbul disegala usia, tetapi umumnya asma lebih sering terjadi pada
anak-anak usia di bawah 5 tahun dan orang dewasa pada usia sekitar 30 tahunan
(Saheb, 2011).
Asma
adalah gangguan inflamasi kronik saluran napas yang melibatkan banyak sel dan
elemennya. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperresponsivitas saluran
napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada
terasa berat, batuk terutama malam hari dan atau dini hari. Episodik tersebut
berhubungan dengan obstruksi saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali
bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan (Boushey, 2005; Bousquet,
2008).
Batasan
asma yang lengkap yang dikeluarkan oleh Global Initiative for Asthma (GINA)
(2006) didefinisikan sebagai gangguan inflamasi kronik saluran nafas dengan
banyak sel yang berperan, khususnya sel mast, eosinofil, dan limfosit T. Pada
orang yang rentan inflamasi ini menyebabkan mengi berulang, sesak nafas, rasa
dada tertekan dan batuk, khususnya pada malam atau dini hari. Gejala ini
biasanya berhubungan dengan penyempitan jalan nafas yang luas namun bervariasi,
yang sebagian bersifat reversibel baik secara spontan maupun dengan pengobatan,
inflamasi ini juga berhubungan dengan hiperreaktivitas jalan nafas terhadap
berbagai rangsangan.
Asma bronchial adalah penyakit jalan nafas obstruktif
intermiten, reversibel dimana trakea dan bronkhi berespon secara hiperaktif
terhadap stimulasi tertentu. (Smelzer Suzanne : 2001).
Asma bronchial adalah suatu penyakit dengan ciri
meningkatnya respon bronkus terhadap berbagai rangsangan dengan manifestasi
adanya penyempitan jalan nafas yang luas dan derajatnya dapat berubah-ubah baik
secara spontan maupun hasil dari pengobatan (The American Thoracic Society).
Asma bronchial adalah suatu penyakit pernapasan
dimana terjadi penigkatan respon saluran pernapasan yang menimbulkan reaksi
obstruksi pernapasan akibat spasme otot polos bronkus. (Sjaifoellah, 2001).
Asma bronchial adalah penyakit pernafasan objektif
yang ditandai oleh spasme akut otot polos bronkus. Hal ini menyebabkan
obstruksi aliran udara dan penurunan ventilasi alveolus. (Elizabeth, 2000).
B.
KLASIFIKASI ASMA
1. Berdasarkan
kegawatan asma, maka asma dapat dibagi menjadi :
a. Asma
bronkhial
Asma Bronkiale merupakan suatu penyakit yang
ditandai dengan adanya respon yang berlebihan dari trakea dan bronkus terhadap
berbagai
macam rangsangan, yang mengakibatkan penyempitan saluran nafas yang tersebar
luas diseluruh paru dan derajatnya dapat berubah secara spontan atau setelah
mendapat pengobatan.
b. Status
asmatikus
Yaitu suatu asma yang refraktor
terhadap obat-obatan yang konvensional (Smeltzer,
2001). status asmatikus merupakan keadaan emergensi dan tidak
langsung memberikan respon terhadap dosis umum bronkodilator (Depkes RI, 2007).
Status Asmatikus yang dialami penderita asma
dapat berupa pernapasan wheezing, ronchi ketika bernapas (adanya suara bising
ketika bernapas), kemudian bisa berlanjut menjadi pernapasan labored
(perpanjangan ekshalasi), pembesaran vena leher, hipoksemia, respirasi
alkalosis, respirasi sianosis, dyspnea dan kemudian berakhir dengan tachypnea.
Namun makin besarnya obstruksi di bronkus maka suara wheezing dapat hilang dan
biasanya menjadi pertanda bahaya gagal pernapasan (Brunner & Suddarth,
2001).
c. Asthmatic
Emergency
Yaitu
asma yang dapat menyebabkan kematian.
2.
Klasifikasi asma yaitu (Hartantyo, 1997, cit Purnomo
2008).
a)
Asma ekstrinsik
Asma
ekstrinsik adalah bentuk asma paling umum yang disebabkan karena reaksi alergi
penderita terhadap allergen dan tidak membawa pengaruh apa-apa terhadap orang
yang sehat.
b)
Asma intrinsik
Asma
intrinsik adalah asma yang tidak responsif terhadap pemicu yang berasal dari
allergen. Asma ini disebabkan oleh stres, infeksi dan kodisi lingkungan yang
buruk seperti klembaban, suhu, polusi udara dan aktivitas olahraga yang
berlebihan.
3.
Menurut Global Initiative for Asthma (GINA)
(2006) penggolongan asma berdasarkan beratnya penyakit dibagi 4 (empat) yaitu :
a)
Asma Intermiten (asma jarang)
1)
gejala kurang dari seminggu
2)
serangan singkat
3)
gejala pada malam hari < 2 kali dalam sebulan
4)
FEV 1 atau PEV > 80%
5)
PEF atau FEV 1 variabilitas 20% – 30%
b) Asma mild persistent
(asma persisten ringan)
1) gejala lebih dari sekali
seminggu
2) serangan
mengganggu aktivitas dan tidur
3) gejala pada malam hari
> 2 kali sebulan
4) FEV 1 atau PEV > 80%
5) PEF atau FEV 1
variabilitas < 20% – 30%
c) Asma moderate persistent
(asma persisten sedang)
1) gejala setiap hari
2) serangan mengganggu
aktivitas dan tidur
3) gejala pada malam hari
> 1 dalam seminggu
4) FEV 1 tau PEV 60% – 80%
5) PEF atau FEV 1
variabilitas > 30%
d) Asma severe persistent
(asma persisten berat)
1) gejala setiap hari
2) serangan terus menerus
3) gejala pada malam hari
setiap hari
4) terjadi pembatasan
aktivitas fisik
5) FEV 1 atau PEF = 60%
6) PEF atau FEV
variabilitas > 30%
4.
Selain berdasarkan gejala klinis di atas, asma dapat
diklasifikasikan berdasarkan derajat serangan asma yaitu: (GINA, 2006).
a)
Serangan asma ringan dengan aktivitas masih dapat berjalan, bicara
satu kalimat, bisa berbaring, tidak ada sianosis dan mengi kadang hanya pada
akhir ekspirasi.
b)
Serangan asma sedang dengan pengurangan aktivitas, bicara
memenggal kalimat, lebih suka duduk, tidak ada sianosis, mengi nyaring
sepanjang ekspirasi dan kadang - kadang terdengar pada saat inspirasi.
c)
Serangan asma berat dengan aktivitas hanya istirahat dengan posisi
duduk bertopang lengan, bicara kata demi kata, mulai ada sianosis dan mengi
sangat nyaring terdengar tanpa stetoskop.
d) Serangan asma dengan
ancaman henti nafas, tampak kebingunan, sudah tidak terdengar mengi dan timbul
bradikardi.
Perlu
dibedakan derajat klinis asma harian dan derajat serangan asma. Seorang
penderita asma persisten (asma berat) dapat mengalami serangan asma ringan.
Sedangkan asma ringan dapat mengalami serangan asma berat, bahkan serangan asma
berat yang mengancam terjadi henti nafas yang dapat menyebabkan kematian
C.
ETIOLOGI
ASMA
Sampai saat ini etiologi dari Asma
Bronkhial belum diketahui. Suatu hal yang yang menonjol pada penderita
Asma adalah fenomena hiperaktivitas bronkus. Bronkus penderita asma sangat peka
terhadap rangsangan imunologi maupun non imunologi.
Adapun rangsangan atau faktor pencetus yang
sering menimbulkan Asma adalah: (Smeltzer & Bare, 2002).
1.
Faktor ekstrinsik
(alergik) : reaksi alergik yang disebabkan oleh alergen atau alergen yang
dikenal seperti debu, serbuk-serbuk, bulu-bulu binatang.
2. Faktor
intrinsik(non-alergik) : tidak berhubungan dengan alergen, seperti common
cold,infeksi traktus respiratorius, latihan, emosi, dan polutan lingkungan
dapat mencetuskan serangan.
3.
Asma gabungan
Bentuk
asma yang paling umum. Asma ini mempunyai karakteristik dari bentuk alergik dan
non-alergik.
Menurut The Lung Association of Canada,
ada dua faktor yang menjadi pencetus asma :
1.
Pemicu Asma (Trigger)
Pemicu asma mengakibatkan mengencang atau
menyempitnya saluran pernapasan (bronkokonstriksi). Pemicu tidak menyebabkan
peradangan. Trigger dianggap menyebabkan gangguan pernapasan
akut, yang belum berarti asma, tetapi bisa menjurus menjadi asma jenis
intrinsik.
Gejala-gejala dan bronkokonstriksi yang
diakibatkan oleh pemicu cenderung timbul seketika, berlangsung dalam waktu
pendek dan relatif mudah diatasi dalam waktu singkat. Namun, saluran pernapasan
akan bereaksi lebih cepat terhadap pemicu, apabila sudah ada, atau sudah
terjadi peradangan. Umumnya pemicu yang mengakibatkan bronkokonstriksi adalah
perubahan cuaca, suhu udara, polusi udara, asap rokok, infeksi saluran
pernapasan, gangguan emosi, dan olahraga yang berlebihan.
2.
Penyebab Asma (Inducer)
Penyebab asma dapat menyebabkan peradangan
(inflamasi) dan sekaligus hiperresponsivitas (respon yang berlebihan) dari
saluran pernapasan. Inducer dianggap sebagai penyebab asma
yang sesungguhnya atau asma jenis ekstrinsik. Penyebab asma dapat menimbulkan
gejala-gejala yang umumnya berlangsung lebih lama (kronis), dan lebih sulit
diatasi. Umumnya penyebab asma adalah alergen, yang tampil dalam
bentuk ingestan (alergen yang masuk ke tubuh melalui mulut), inhalan
(alergen yang dihirup masuk tubuh melalui hidung atau mulut), dan alergen yang
didapat melalui kontakdengan kulit (
VitaHealth, 2006).
Sedangkan Lewis et al. (2000) tidak membagi
pencetus asma secara spesifik. Menurut mereka, secara umum pemicu asma adalah:
1)
Faktor predisposisi
a) Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat
alerginya, meskipun belum diketahui bagaimana cara penurunannya yang jelas.
Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga
menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat
mudah terkena penyakit Asma Bronkhial jika terpapar dengan
faktor pencetus. Selain itu hipersensitivitas saluran pernapasannya juga bisa
diturunkan.
2)
Faktor presipitasi
a)
Alergen
Dimana
alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
- Inhalan,
yang masuk melalui saluran pernapasan seperti debu, bulu binatang, serbuk
bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
- Ingestan,
yang masuk melalui mulut yaitu makanan (seperti buah-buahan dan anggur yang
mengandung sodium metabisulfide) dan obat-obatan (seperti aspirin, epinefrin,
ACE- inhibitor, kromolin).
- Kontaktan,
yang masuk melalui kontak dengan kulit. Contoh
: perhiasan, logam dan jam tangan.
Pada beberapa orang yang menderita asma respon
terhadap Ig E jelas merupakan alergen utama yang berasal dari debu, serbuk
tanaman atau bulu binatang. Alergen ini menstimulasi reseptor Ig E pada sel
mast sehingga pemaparan terhadap faktor pencetus alergen ini dapat
mengakibatkan degranulasi sel mast. Degranulasi sel mast seperti histamin dan
protease sehingga berakibat respon alergen berupa asma.
b)
Olahraga
Sebagian besar penderita asma akan mendapat
serangan jika melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang berat. Serangan
asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai beraktifitas.
Asma dapat diinduksi oleh adanya kegiatan fisik atau latihan yang disebut
sebagai Exercise Induced Asthma (EIA) yang biasanya
terjadi beberapa saat setelah latihan.misalnya: jogging, aerobik,
berjalan cepat, ataupun naik tangga dan dikarakteristikkan oleh adanya
bronkospasme, nafas pendek, batuk dan wheezing. Penderita asma seharusnya
melakukan pemanasan selama 2-3 menit sebelum latihan.
c)
Infeksi bakteri pada
saluran napas.
Infeksi bakteri pada saluran napas kecuali
sinusitis mengakibatkan eksaserbasi pada asma. Infeksi ini menyebabkan
perubahan inflamasi pada sistem trakeo bronkial dan mengubah mekanisme
mukosilia. Oleh karena itu terjadi peningkatan hiperresponsif pada sistem
bronkial.
d) Stres
Stres / gangguan emosi dapat menjadi pencetus
serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada.
Penderita diberikan motivasi untuk mengatasi masalah pribadinya, karena jika
stresnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
e)
Gangguan pada sinus
Hampir 30% kasus asma disebabkan oleh
gangguan pada sinus, misalnya rhinitis alergik dan polip pada hidung. Kedua
gangguan ini menyebabkan inflamasi membran mukus.
f)
Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang
dingin sering mempengaruhi Asma. Atmosfir yang mendadak
dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan Asma.
Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti musim hujan,
musim kemarau.
D.
ANATOMI
SISTEM PERNAFASAN
1)
ANATOMI
Organ
Pernapasan
a) Hidung
Hidung atau naso atau nasal
merupakan saluran udara yang pertama, mempunyai dua lubang (kavum nasi),
dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi). Di dalamnya terdapat
bulu-bulu yang berguna untuk menyaring udara, debu,
dan kotoran yang masuk ke dalam lubang hidung.
b)
Faring
Faring atau tekak merupakan tempat
persimpangan antara jalan pernapasan dan jalan makanan, terdapat di bawah dasar
tengkorak, di belakang rongga hidung, dan mulut sebelah depan ruas tulang
leher. Hubungan faring dengan organ-organ lain adalah ke atas berhubungan
dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang yang bernama koana, ke depan
berhubungan dengan rongga mulut, tempat hubungan ini bernamaistmus fausium,
ke bawah terdapat 2 lubang (ke depan lubang laring dan ke belakang lubang
esofagus).
c)
Laring
Laring atau pangkal tenggorokan merupakan
saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan suara, terletak di depan bagian
faring sampai ketinggian vertebra servikal dan masuk ke dalam trakhea di
bawahnya. Pangkal tenggorokan itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorokan
yang biasanya disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang-tulang
rawan yang berfungsi pada waktu kita
menelan makanan menutupi laring.
d) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan
lanjutan dari laring yang dibentuk oleh 16 sampai 20 cincin yang terdiri dari
tulang-tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf C) sebelah dalam
diliputi oleh selaput lendir yang berbulu
getar yang disebut sel bersilia, hanya bergerak
ke arah luar. Panjang trakea 9 sampai 11 cm dan di belakang terdiri dari
jarigan ikat yang dilapisi oleh otot polos.
e)
Bronkus
Bronkus atau cabang tenggorokan merupakan
lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra
torakalis IV dan V, mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh
jenis set yang sama. Bronkus itu berjalan ke bawah dan ke samping ke arah
tampuk paru-paru.Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dari pada bronkus
kiri, terdiri dari 6-8 cincin, mempunyai 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang
dan lebih ramping dari yang kanan, terdiri dari 9-12 cincin mempunyai 2
cabang.Bronkus bercabang-cabang, cabang yang lebih kecil disebut bronkiolus
(bronkioli). Pada bronkioli tidak terdapat
cincin lagi, dan pada
ujung bronkioli terdapat gelembung paru atau gelembung
hawa atau alveoli.
f)
Paru-paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang
sebagian besar terdiri dari gelembung (gelembung hawa atau alveoli). Gelembug
alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel. Jika dibentangkan luas
permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara,
O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya
gelembung paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan
kanan).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru
kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus pulmo dekstra superior, lobus
media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus. Paru-paru kiri,
terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10
segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada
inferior. Paru-paru kanan mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus
superior, 2 buah segmen pada lobus medialis, dan 3 buah segmen pada lobus
inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi menjadi belahan-belahan yang
bernama lobulus.
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya
dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi pembuluh darah getah bening dan saraf,
dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di dalam lobulus, bronkiolus
ini bercabang-cabang banyak sekali,
cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus
berakhir pada alveolus yang diameternya
antara 0,2-0,3 mm.
Letak paru-paru di rongga dada datarannya
menghadap ke tengah rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah
terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada mediastinum depan terletak
jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput
yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama
pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput
paru yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura
parietal yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan
normal, kavum pleura ini vakum (hampa) sehingga paru-paru dapat berkembang
kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang berguna untuk meminyaki
permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru dan dinding dada
sewaktu ada gerakan bernapas.
E.
FISIOLOGI ASMA
Proses
terjadi pernapasan
Pernapasan (respirasi) adalah peristiwa
menghirup udara dari luar yang mengandung oksigen serta menghembuskan udara
yang banyak mengandung karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari
tubuh. Penghisapan udara ini disebut inspirasi dan menghembuskan disebut
ekspirasi. Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang
ditarik dan udara masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah
secara osmosis. Kemudian CO2 dikeluarkan melalui traktus respiratorius
(jalan pernapasan) dan masuk kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena
pulmonalis kemudian massuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra) menuju ke aorta kemudian ke seluruh tubuh
(jaringan-jaringan dan sel- sel), di sini terjadi oksidasi (pembakaran).
Sebagai sisa dari pembakaran adalah CO2 dan
dikeluarkan melalui peredaran darah vena
masuk ke jantung (serambi kanan atau atrium dekstra) menuju ke bilik
kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini
keluar melalui arteri pulmonalis ke jaringan
paru-paru. Akhirnya dikeluarkan menembus lapisan
epitel dari alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa
metabolisme, sedangkan sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus
urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, di dalam
hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju
paru-paru (sampai alveoli). Pada laring terdapat
epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan, sehingga makanan tidak
masuk ke trakhea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka, begitu
seterusnya. Jika makanan masuk ke dalam laring,maka akan
mendapat serangan batuk, hal tersebut untuk
mencoba mengeluarkan makanan tersebt dari laring.
Terbagi dalam 2 bagian yaitu inspirasi
(menarik napas) dan ekspirasi (menghembuskan napas). Bernapas berarti melakukan
inpirasi dan eskpirasi secara bergantian, teratur, berirama, dan terus menerus.
Bernapas merupakan gerak refleks yang terjadi pada otot-otot pernapasan. Refleks
bernapas ini diatur oleh pusat pernapasan yang terletak di dalam sumsum
penyambung (medulla oblongata). Oleh karena seseorang dapat menahan,
memperlambat, atau mempercepat napasnya, ini berarti bahwa refleks bernapas
juga dibawah pengaruh korteks serebri. Pusat pernapasan sangat peka terhadap
kelebihan kadar CO2 dalam darah dan kekurangan dalam darah. Inspirai
terjadi bila muskulus diafragma telah mendapat rangsangan dari nervus frenikus
lalu mengerut datar.
Muskulus interkostalis yang letaknya
miring, setelah ,mendapat rangsangan kemudian mengerut dan tulang iga (kosta)
menjadi datar. Dengan demikian jarak antara sternum (tulang dada) dan vertebra
semakin luas dan melebar. Rongga dada membesar maka pleura akan tertarik, yang
menarik paru-paru sehingga tekanan udara di dalamnya berkurang dan masuklah
udara dari luar.
Ekspirasi, pada suatu saat otot-otot akan
kendor lagi (diafragma akan menjadi cekung, muskulus interkostalis miring lagi)
dan dengan demikian rongga dan dengan demikian
rongga dada menjadi kecil kembali,
maka udara didorong keluar.
Jadi proses respirasi ataupernapasan
ini terjadi karena adanya perbedaan tekanan
antara rongga pleura dan paru-paru.
Pernapasan dada, pada waktu seseorang
bernapas, rangka dada terbesar bergerak, pernapasan ini dinamakan pernapasan
dada. Ini terdapat pada rangka dada yang lunak, yaitu pada
orang-orang muda dan pada perempuan.
Pernapasan perut, jika pada waktu bernapas
diafragma turun naik, maka ini dinamakan pernapasan
perut. Kebanyakan pada orang tua, Karena tulang
rawannya tidak begitu lembek dan bingkas lagi yang disebabkan oleh banyak zat
kapur yang mengendap di dalamnya dan banyak ditemukan pada laki-laki.
F.
PATOFISIOLOGI ASMA
Tiga unsur yang ikut serta pada obstruksi
jalan udara penderita asma adalah spasme otot polos, edema dan inflamasi
membran mukosa jalan udara, dan eksudasi mucus
intraliminal, sel-sel radang dan debris selular. Obstruksi menyebabkan
pertambahan resistensi jalan udara yang merendahkan volume ekspresi paksa dan
kecepatan aliran, penutupan prematur jalan udara, hiperinflasi paru,
bertambahnya kerja pernafasan, perubahan sifat elastik dan frekuensi
pernafasan. Walaupun jalan udara bersifat difus, obstruksi menyebabkan
perbedaaan satu bagian dengan bagian lain, ini berakibat perfusi bagian paru
tidak cukup mendapat ventilasi dan menyebabkan kelainan gas-gas darah terutama
penurunan pCO2 akibat hiperventilasi.
Pada respon alergi di saluran nafas, antibodi
IgE berikatan dengan alergen menyebabkan degranulasi sel mast. Akibat
degranulasi tersebut, histamin dilepaskan. Histamin menyebabkan konstriksi otot
polos bronkiolus. Apabila respon histamin berlebihan, maka dapat timbul spasme
asmatik. Karena histamin juga merangsang pembentukan mukkus dan meningkatkan permiabilitas
kapiler, maka juga akan terjadi kongesti dan pembengkakan ruang iterstisium
paru.
Individu yang mengalami asma mungkin memiliki
respon IgE yang sensitif berlebihan terhadap sesuatu alergen atau sel-sel
mast-nya terlalu mudah mengalami degranulasi. Di manapun letak
hipersensitivitas respon peradangan tersebut, hasil akhirnya adalah
bronkospasme, pembentukan mukus, edema dan obstruksi aliran udara.
G.
MANIFESTASI KLINIS ASMA
Gambaran klasik penderita asma berupa sesak
nafas, batuk-batuk dan mengi (whezzing) telah dikenal oleh umum dan tidak sulit
untuk diketahui. Batuk-batuk kronis dapat merupakan satu-satunya gejala asma
dan demikian pula rasa sesak dan berat didada.
Tetapi untuk melihat tanda dan gejala asma
sendiri dapat digolongkan menjadi :
1) Asma
tingkat I
Yaitu penderita asma yang secara klinis
normal tanpa tanda dan gejala asma atau keluhan khusus baik dalam
pemeriksaan fisik maupun fungsi paru. Asma
akan muncul bila penderita terpapar faktor pencetus atau saat dilakukan tes
provokasi bronchial di laboratorium.
2) Asma
tingkat II
Yaitu penderita asma yang secara klinis
maupun pemeriksaan fisik tidak ada kelainan, tetapi dengan tes fungsi paru
nampak adanya obstruksi saluran pernafasan. Biasanya terjadi setelah sembuh
dari serangan asma.
3) Asma
tingkat III
Yaitu penderita asma yang tidak memiliki
keluhan tetapi pada pemeriksaan fisik dan tes fungsi paru memiliki tanda-tanda
obstruksi. Biasanya penderita merasa tidak sakit tetapi
bila pengobatan dihentikan asma akan kambuh.
4) Asma
tingkat IV
Yaitu penderita asma yang sering kita
jumpai di klinik atau rumah sakit yaitu dengan keluhan sesak nafas, batuk atau
nafas berbunyi.
Pada serangan asma ini dapat dilihat yang
berat dengan gejala-gejala yang makin banyak antara lain :
a) Kontraksi
otot-otot bantu pernafasan, terutama sternokliedo mastoideus
b) Sianosis
c) Silent
Chest
d) Gangguan
kesadaran
e) Tampak
lelah
f) Hiperinflasi
thoraks dan takhikardi
5) Asma
tingkat V
Yaitu status asmatikus yang merupakan
suatu keadaan darurat medis beberapa serangan asma
yang berat bersifat refrakter sementara terhadap pengobatan yang lazim
dipakai. Karena pada dasarnya asma bersifat reversible maka dalam kondisi
apapun diusahakan untuk mengembalikan nafas ke kondisi normal.
H.
KOMPLIKASI ASMA
- Mengancam pada gangguan keseimbangan asam basa dan gagal nafas
- Chronic persisten bronchitis
- Bronchitis
- Pneumonia
- Emphysema
H.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG ASMA
- Pemeriksaan sputum
Pada
pemeriksaan sputum ditemukan :
a) Kristal
–kristal charcot leyden yang merupakan degranulasi dari
kristal eosinofil.
b) Terdapatnya
Spiral Curschman, yakni spiral yang merupakan silinder sel-sel cabang-cabang
bronkus.
c) Terdapatnya
Creole yang merupakan fragmen dari epitel bronkus
d) Terdapatnya
neutrofil eosinofil
- Pemeriksaan darah
Pada
pemeriksaan darah yang rutin diharapkan eosinofil meninggi, sedangkan leukosit
dapat meninggi atau normal, walaupun terdapat komplikasi asma
a)
Gas analisa darah
Terdapat
hasil aliran darah yang variabel, akan tetapi bila terdapat peninggian PaCO2
maupun penurunan pH menunjukkan prognosis yang buruk.
b)
Kadang –kadang pada darah
terdapat SGOT dan LDH yang meninggi
c)
Hiponatremi 15.000/mm3
menandakan terdapat infeksi
d) Pada
pemeriksaan faktor alergi terdapat IgE yang meninggi pada waktu seranggan, dan
menurun pada waktu penderita bebas dari serangan
e)
Pemeriksaan tes kulit untuk
mencari faktor alergi dengan berbagai alergennya dapat menimbulkan reaksi yang
positif pada tipe asma atopik.
- Foto rontgen
Pada
umumnya, pemeriksaan foto rontgen pada asma normal. Pada serangan asma,
gambaran ini menunjukkan hiperinflasi paru berupa rradiolusen yang bertambah,
dan pelebaran rongga interkostal serta diagfragma yang menurun. Akan tetapi
bila terdapat komplikasi, kelainan yang terjadi adalah:
a)
Bila disertai dengan
bronkhitis, bercakan hilus akan bertambah
b)
Bila terdapat komplikasi
emfisema (COPD) menimbulkan gambaran yang bertambah.
c)
Bila terdapat komplikasi
pneumonia maka terdapat gambaran infiltrat pada paru.
- Pemeriksaan faal paru
a)
Bila FEV1 lebih kecil dari
40%, 2/3 penderita menujukkan penurunan tekanan sistolenya dan bila lebih
rendah dari 20%, seluruh pasien menunjukkan penurunan tekanan sistolik.
b)
Terjadi penambahan volume
paru yang meliputi RV hampi terjadi pada seluruh asma, FRC selalu menurun,
sedangan penurunan TRC sering terjadi pada asma yang berat.
- Elektrokardiografi
Gambaran
elektrokardiografi selama terjadi serangan asma dapat dibagi atas tiga bagian
dan disesuaikan dengan gambaran emfisema paru, yakni :
a)
Perubahan aksis jantung
pada umumnya terjadi deviasi aksis ke kanan dan rotasi searah jarum jam.
b)
Terdapatnya tanda-tanda
hipertrofi jantung, yakni tedapat RBBB
c)
Tanda-tanda hipoksemia
yakni terdapat sinus takikardi, SVES, dan VES atau terjadinya relatif ST depresi.
J.
PENATALAKSANAAN MEDIS ASMA
Pengobatan asthma secara garis besar dibagi
dalam pengobatan non farmakologik danpengobatan farmakologik.
a) Pengobatan
non farmakologik
1) Penyuluhan
Penyuluhan ini ditujukan pada peningkatan
pengetahuan klien tentang penyakit asthma sehinggan klien secara sadar
menghindari faktor-faktor pencetus, serta menggunakan obat secara benar dan
berkonsoltasi pada tim kesehatan.
2) Menghindari
faktor pencetus
Klien perlu dibantu mengidentifikasi pencetus
serangan asthma yang ada pada lingkungannya, serta diajarkan cara menghindari
dan mengurangi faktor pencetus, termasuk pemasukan cairan yang cukup bagi
klien.
3) Fisioterapi
Fisioterpi dapat digunakan untuk mempermudah
pengeluaran mukus. Ini dapat dilakukan dengan drainage postural, perkusi dan
fibrasi dada.
b) Pengobatan
farmakologik
1) Agonis
beta
Bentuk aerosol bekerja sangat cepat diberika
3-4 kali semprot dan jarak antara semprotan pertama dan kedua adalan 10 menit.
Yang termasuk obat ini adalah metaproterenol ( Alupent, metrapel ).
2) Metil
Xantin
Golongan metil xantin adalan aminophilin dan
teopilin, obat ini diberikan bila golongan beta agonis tidak memberikan hasil
yang memuaskan. Pada orang dewasa diberikan 125-200 mg empatkali sehari.
3) Kortikosteroid
Jika agonis beta dan metil xantin tidak memberikan
respon yang baik, harus diberikan kortikosteroid. Steroid dalam bentuk aerosol
( beclometason dipropinate ) dengan disis 800 empat kali semprot tiap
hari. Karena pemberian steroid yang lama mempunyai efek samping maka yang
mendapat steroid jangka lama harus diawasi dengan ketat.
4) Kromolin
Kromolin merupakan obat pencegah asthma,
khususnya anak-anak . Dosisnya berkisar 1-2 kapsul empat kali sehari.
5) Ketotifen
Efek kerja sama dengan kromolin dengan dosis
2 x 1 mg perhari. Keuntunganya dapat diberikan secara oral.
6) Iprutropioum
bromide (Atroven)
Atroven adalah antikolenergik, diberikan
dalam bentuk aerosol dan bersifat bronkodilator.
c)
Pengobatan selama serangan
status asthmatikus
1)
Infus RL : D5 = 3 : 1
tiap 24 jam
2)
Pemberian oksigen 4
liter/menit melalui nasal kanul
3)
Aminophilin bolus 5 mg / kg
bb diberikan pelan-pelan selama 20 menit dilanjutka drip Rlatau D5 mentenence
(20 tetes/menit) dengan dosis 20 mg/kg bb/24 jam.
4)
Terbutalin 0,25 mg/6 jam
secara sub kutan.
5)
Dexamatason 10-20 mg/6jam
secara intra vena.
6)
Antibiotik spektrum luas.
PROSES KEPERAWATAN ASMA
A.
PENGKAJIAN
KEPERAWATAN ASMA
1)
Pengkajian
Primer Asma
a)
Airway
- Peningkatan
sekresi pernafasan
- Bunyi
nafas krekles, ronchi, weezing
b) Breathing
- Distress
pernafasan : pernafasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.
- Menggunakan
otot aksesoris pernafasan
- Kesulitan
bernafas : diaforesis, sianosis
c) Circulation
- Penurunan
curah jantung : gelisah, latergi, takikardi
- Sakit
kepala
- Gangguan
tingkat kesadaran : ansietas, gelisah
- Papiledema
- Urin
output meurun
d) Dissability
Mengetahui
kondisi umum dengan pemeriksaan cepat status umum dan neurologi dengan memeriksa
atau cek kesadaran, reaksi pupil.
2) Pengkajian Sekunder Asma
a)
Anamnesis
Anamnesis pada penderita asma sangat penting,
berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi yang diperlukan untuk menyusun
strategi pengobatan. Gejala asma sangat bervariasi baik antar individu maupun
pada diri individu itu sendiri (pada saat berbeda), dari tidak ada gejala sama
sekali sampai kepada sesak yang hebat yang disertai gangguan kesadaran.
Keluhan dan gejala tergantung berat ringannya
pada waktu serangan. Pada serangan asma bronkial yang ringan dan tanpa adanya
komplikasi, keluhan dan gejala tak ada yang khas. Keluhan yang paling umum
ialah : Napas berbunyi, Sesak, Batuk, yang timbul secara tiba-tiba dan dapat
hilang segera dengan spontan atau dengan pengobatan, meskipun ada yang
berlangsung terus untuk waktu yang lama.
b)
Pemeriksaan Fisik
Berguna selain untuk menemukan tanda-tanda
fisik yang mendukung diagnosis asma dan menyingkirkan kemungkinan penyakit
lain, juga berguna untuk mengetahui penyakit yang mungkin menyertai asma,
meliputi pemeriksaan :
1)
Status kesehatan umum
Perlu
dikaji tentang kesadaran klien, kecemasan, gelisah, kelemahan suara bicara,
tekanan darah nadi, frekuensi pernapasan yang meningkatan, penggunaan otot-otot
pembantu pernapasan sianosis batuk dengan lendir dan posisi istirahat klien.
2)
Integumen
Dikaji
adanya permukaan yang kasar, kering, kelainan pigmentasi, turgor kulit,
kelembapan, mengelupas atau bersisik, perdarahan, pruritus, ensim, serta adanya
bekas atau tanda urtikaria atau dermatitis pada rambut di kaji warna rambut,
kelembaban dan kusam.
3)
Thorak
- Inspeksi
Dada
di inspeksi terutama postur bentuk dan kesemetrisan adanya peningkatan diameter
anteroposterior, retraksi otot-otot Interkostalis, sifat dan irama pernafasan
serta frekwensi peranfasan.
- Palpasi.
Pada
palpasi di kaji tentang kosimetrisan, ekspansi dan taktil fremitus.
- Perkusi
Pada
perkusi didapatkan suara normal sampai hipersonor sedangkan diafragma menjadi
datar dan rendah.
- Auskultasi.
Terdapat
suara vesikuler yang meningkat disertai dengan expirasi lebih dari 4 detik atau
lebih dari 3x inspirasi, dengan bunyi pernafasan dan Wheezing.
d.
Sistem pernafasan
- Batuk
mula-mula kering tidak produktif kemudian makin keras dan seterusnya menjadi
produktif yang mula-mula encer kemudian menjadi kental. Warna dahak jernih atau
putih tetapi juga bisa kekuningan atau kehijauan terutama kalau terjadi infeksi
sekunder.
- Frekuensi
pernapasan meningkat
- Otot-otot
bantu pernapasan hipertrofi.
- Bunyi
pernapasan mungkin melemah dengan ekspirasi yang memanjang disertai ronchi
kering dan wheezing.
- Ekspirasi
lebih daripada 4 detik atau 3x lebih panjang daripada inspirasi bahkan mungkin
lebih.
- Pada
pasien yang sesaknya hebat mungkin ditemukan:
1.
Hiperinflasi paru yang
terlihat dengan peningkatan diameter anteroposterior rongga dada yang pada
perkusi terdengar hipersonor.
2.
Pernapasan makin cepat dan
susah, ditandai dengan pengaktifan otot-otot bantu napas (antar iga,
sternokleidomastoideus), sehingga tampak retraksi suprasternal, supraclavikula
dan sela iga serta pernapasan cuping hidung.
3.
Pada keadaan yang
lebih berat dapat ditemukan pernapasan cepat dan dangkal dengan bunyi
pernapasan dan wheezing tidak terdengar(silent chest), sianosis.
e.
Sistem kardiovaskuler
1.
Tekanan darah meningkat,
nadi juga meningkat
2.
Pada pasien yang sesaknya
hebat mungkin ditemukan:
- takhikardi
makin hebat disertai dehidrasi.
- Timbul
Pulsus paradoksusdimana terjadi penurunan tekanan darah sistolik lebih dari 10
mmHg pada waktu inspirasi. Normal tidak lebih daripada 5 mmHg, pada asma yang
berat bisa sampai 10 mmHg atau lebih.
- Pada
keadaan yang lebih berat tekanan darah menurun, gangguan irama jantung.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN ASMA YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Bersihan jalan
nafas tidak efektif berhubungan dengan tachipnea,
peningkatan produksi mukus, kekentalan sekresi dan bronchospasme.
2. Gangguan pertukaran gas berhubungan
dengan perubahan membran kapiler – alveolar.
3. Pola Nafas tidak efektif
berhubungan dengan penyempitan bronkus..
4. Nyeri
akut; ulu hati berhubungan dengan proses penyakit.
5. Cemas
berhubungan dengan kesulitan bernafas dan rasa takut sufokasi.
6. Ketidakseimbangan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan faktor psikologis dan
biologis yang mengurangi pemasukan makanan.
7. Kurang
pengetahuan berhubungan dengan faktor-faktor pencetus asma.
8. Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan batuk persisten dan ketidakseimbangan antara
suplai oksigen dengan kebutuhan tubuh.
9. Defisit
perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik.
10. Resiko
infeksi berhubungan dengan prosedur invasif .
Almazini, P.
2012. Bronchial
Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma Berat. Jakrta: Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia
Carpenito,
L.J. 2000. Diagnosa
Keperawatan, Aplikasi pada Praktik Klinis, edisi 6. Jakarta: EGC
Corwin,
Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC.
GINA
(Global Initiative for Asthma) 2006.; Pocket Guide for Asthma
Management and Prevension In Children. www. Dimuat dalam www.Ginaasthma.org
Johnson,
M., et all. 2000. Nursing Outcomes Classification
(NOC) Second Edition. New Jersey: Upper
Saddle River
Linda Jual Carpenito,
2001. Buku Saku Diagnosa Keperawatan edisi 6 . Jakarta: EGC
Mansjoer,
A dkk. 2007. Kapita Selekta Kedokteran, Jilid 1 edisi 3. Jakarta:
Media Aesculapius
Mc
Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions
Classification (NIC) Second Edition. New
Jersey:Upper Saddle River
Purnomo.
2008. Faktor Faktor Risiko Yang Berpengaruh Terhadap Kejadian Asma
Bronkial Pada Anak. Semarang: Universitas Diponegoro
Ruhyanudin,
F. 2007. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem Kardio
Vaskuler.Malang : Hak Terbit UMM Press
Saheb, A. 2011. Penyakit Asma. Bandung: CV medika
Santosa,
Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta:
Prima Medika
Sundaru
H. 2006 Apa yang Diketahui Tentang Asma, JakartaDepartemen Ilmu
Penyakit Dalam, FKUI/RSCM
Suriadi. 2001. Asuhan
Keperawatan Pada Anak. Edisi I. Jakarta: Sagung Seto
0 Komentar